Selasa, 05 Juni 2012

Latar Stand Up Comedy

Stand Up Comedy masih merupakan pertunjukan yang asing dan jarang ditemui. Awal mula Stand Up Comedy berasal dari Inggris, lalu meyebar ke Amerika Utara dan sempat menjadi salah satu pertunjukan hiburan saat Perang Dunia II. Saat ini, Stand Up Comedy sudah menyebar ke lebih dari 17 negara, Malaysia sudah memulai sejak tahun 2009 , bahkan pada Oktober 2010 Malaysia sudah menampilkan 5 Comics terbaik Asia di Plenary Hall KLCC, dan lebih dari 3000 kursi sold out saat itu.
Di Indonesia sendiri, Stand Up Comedy sudah mulai mewabah dan komunitasnya sendiri sudah berdiri pada tanggal 13 juli 2011. Pendirian ini bersamaan dengan pembuatan akun twitter @standupindo. “Belum sampai dua bulan, followers Twitter @StandUpIndo sudah mencapai angka 13.000, dan setiap kita bikin event seperti bisa dilihat sendiri, selalu ramai banget,” kata Ernest Prakasa, salah satu “comic” (sebutan untuk penampil di stand up comedy) di StandUpIndo Bandung kemarin (10/9).
Misal pada saat itu lebih dari 15 “comics” hadir di StandUp Indo Bandung, yang bertempat di Food festival Bandung, Jl. Sumatra, diantaranya ada Ernest Prakasa, Intan AP, Dedy Dahlan, Budi Kusumah, Theo Febriyen, Isman HS, Wanda Urban, dan sebagai bintang tamu Pandji Pragiwaksono. Mosidik, yang juga merupakan comic di StandUp sebelumnya, kali ini menjadi host malam itu. Dua layar besar juga disediakan dibeberapa sudut Food Fest Bandung. Ernest Prakarsa hadir menjadi pembuka Stand Up Indo, dan seperti biasanya, acara Stand Up Comedy , para comic ini langsung “berbicara” dengan penonton, menceritakan cerita-cerita lucu yang mereka alami sehari-hari, atau yang mereka amati.

Tiap-tiap comic, mempunyai latar belakang yang berbeda, sehingga materi yang mereka tampilkan pun beragam. Tidak seperti di Amerika, stand up comedy sudah mempunyai beberapa aliran, seperti straight forward, sarkas atau ironi. Di Indonesia, materi stand up comedy masih berkisar pada pengamatan dan pengalaman sehari-hari.
Mongol, salah satu comic yang tampil, menceritakan pengalaman hidupnya saat menghuni panjara Cipinang, dan juga petualangannya saat mengadu nasib di Jakarta. Mulai dari isu agama sampai sosial dia bahas dan mendapat sambutan hangat dari penonton. Lain lagi yang ditampilkan Budi Kusumah. Salah seorang finalis dari Stand Up Comedy Kompas TV ini menampilkan kemampuannya meniru aksen dan suara dari komedian legendaris Jawa Barat, kang Ibing (alm). Walaupun tidak menampilkan seluruh materinya, kemampuan Budi Kusumah mengobati kerinduan penonton kepada Kang Ibing.
Hadirnya komunitas stand up comedy di Indonesia memberikan warna baru di dunia pertunjukan Indonesia, walaupun masih memerlukan banyak perbaikan di segi performance dan materi, antusiasme dari penonton anak-anak muda cukup bagus, terbukti sekitar 900 orang memenuhi Food Festival Bandung, bahkan untuk bergerak mendekati panggung saja sangat sulit, akibat penuhnya penonton malam itu.
Stand Up Comedy telah menjadi suatu alternatif hiburan, selain itu komunitas stand up comedy melakukan acara rutin setiap minggunya, berupa “open mic” dimana semua orang boleh unjuk kemampuan ber”comic” ria.
Seperti yang dikatakan Pandji, para comic yang tampil di beberapa Stand Up Night belakangan ini, adalah orang-orang yang bernyali besar. Tidak semua orang berani untuk menerima tantangan ber”comic” di depan audiens yang notabene belum terbiasa dengan pertunjukan ini. Mereka yang bernyali, patut mendapat apresiasi, karena mereka adalah para perintis untuk memperkenalkan alternatif hiburan baru yang membutuhkan daya kreativitas yang tinggi.

Copas : standupindo.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomerntar